Senin, 31 Agustus 2015

Mahasiswa "Playgroup"


      Perjalan kali ini dimulai ketika saya dalam perjalanan dari landungsari menuju kampus brawijaya, seperti biasanya aktifitas di hari rabu menjadi rutinitas mingguan untuk mengambil data penelitian di Dinoyo, tepatnya di kampus Brawijaya, hari itu jalanan raya begitu macet dan "wajah baru" (raut muka yang menggambarkan kebinggungan) banyak saya ketemui di dalam angkut.

     Selang beberapa kilometer perjalanan dari landungsari, terlihat seorang ibu dengan anaknya rapih bak seorang pelamar kerja menyetop angkut ADL (Arjosari, Dinoyo, Landungsari), karna masih tersisah kapasitas  5 orang si supir pun berhenti dan naiklah si ibu dan anakanya.

     Tanya sopir: mau ke mana bu? (setelah duduk) jawab sih ibu ke polteknik mas, huuff (cuaca panas) nganterin anak, sopir membalas, loh anaknya :wes gede" ngapain di antar kaya mahasiswa playgroup aja" 

    spontan saya pun tertawa dan berpikir, benar juga ya, pertama kemacetan di kota Malang sebagian atas sumbangsi para mahasiswa dan dalam momentum orientasi registrasi menambah jumlah pengendara motor khususnya dalam permacetan di jalan raya, kedua sudah menjadi tradisi khususnya di kalangan bangsa jawa,sejak kecil dikenal dengan budaya mengantarkan anak ke sekolah.

    saat saya turun dari angkot tepat di lampu merah arah menuju jalan soekarno dan kampus brawijaya, setelah membayar rp.4000 (uang transportasi dari Landung-Brawijaya) mulai mendiskusikan dalam pikiran saya, bahwa menjadi mahasiswa sudah harus mulai keluar dari "zona nyaman" dan berani mengambil tindak sendiri, karna menurut saya jika hal ini di biasakan dan menjadi tradisi bahkan budaya, hal ini dapat merugikan sih anak karna dapat mengengkang pola pikirnya dalam menjadi survivor di tempat dia mengembangkat dan menemukan jati diri.

    walaupun terlalu dini dalam memutuskan anak itu terkengkang namun hal ini menjadi cerminan bahwa orang tua belum yakin dengan kemampuan survival anak sepenuhnya dan yang terpenting juga pengajar dalam hal ini orang tua belum sadar bahwa pendidikan anak itu di mulai dari rumah pengemblengan dan pola keluarga yang disiplin dan keras dapat menjadi anak bertahan dan mengembangkan bakatnya di luar.

   Kesimpulannya adalah kesadaran bahwa kehidupan globalisasi skarang ini mudah dan cepat mempengaruhi anak, adalah kewajiban orang tua untuk dapat mendidik dengan caranya agar anak kelak bisa bertahan, juga tidak menjadi bagian dari istilah Playgroup (datang,diantar dan diisi dengan teriakan-terikan) dan  terpennting dapat menjadi bagian dari kesuksesan masyarakat yang diistilahkan "bonusdemografi" . semoga